Budha
Wage adalah puncak piodalan di Pura Dalem Penataran Ped, Nusa Penida. Pura yang berlokasi di Desa Ped, Nusa
Penida ini merupakan salah satu Pura Sad
Khayangan yang ada di Bali. Sejarah pendirian pura ini dapat ditelusuri dari perjalanan Dang Hyang Nirartha di
Pulau Bali. Ketika itu, Dang Hyang
Nirarta bersama Arya Sentong diutus oleh Raja Waturenggong ke Nusa Penida untuk
menghentikan kebiasaan buruk I Gusti
Ngurah Mecaling, yaitu kebiasaan membasmi dan memangsa manusia di Pulau Bali.
Di samping itu, dalam konteks kekinian, Pura Dalem Penataran Ped juga terus
berubah dalam hal arsitekturnya seiring berubahnya selera zaman. Namun, Pura
Dalem Penataran Ped tetap menyimpan masalalu yang yang menarik untuk dipelajari
sampai hari ini.
Monumen
Kemenangan Cinta
Dari
versi sejarah Bali/zaman Kerajaan Waturenggong, sejarah Pura Dalem Penataran
Ped dimulai dari Kerajaan Waturenggong. Sejarah ini menyebutkan bahwa setelah I
Gusti Ngurah Batuan dinobatkan menjadi raja terjadi pemberontakan oleh I Gusti
Ngurah Mecaling. Dengan senjata cepu
manik, akihirnya I Gusti Ngurah Mecaling dapat dikalahkan oleh I Gusti
Ngurah Batuan dalam pemberontakan itu. Atas kekalahannya itu, I Gusti Ngurah
mecaling dirarung/dibuang ke Nusa Penida.
Di
Nusa Penida, I Gusti Ngurah Mecaling mendapat lesensi/ijin dari Raja
Waturenggong untuk membasmi dan memangsa manusia-manusia yang bersalah di Pulau
Bali pada Sasih Keenem, Kepitu, sampai
pertengahan Sasih Keulu. Namun lama
kelamaan, ijin itu merugikan Raja Waturenggong yang seharusnya melindungi
rakyatnya. Untuk menghentikan kebiasaan I Gusti Ngurah Mecaling itu, Raja
Waturenggong mengutus Arya Sentong dan Dang Hyang Nirarta ke Nusa Penida.
Setelah
sampai di Nusa Penida, terjadialah perang tanding antara I Gusti Ngurah
Mecaling dan Arya Sentong. Perang tanding ini hanya dilakukan dengan
menggunakan ilmu batin antara I Gusti Ngurah Mecaling dan Arya Sentong,
sehingga tidak ada suara dentingan pedang atau keris. Oleh karena itu, perang
tanding ini disebut miyegan tanpa suara.
Namun ketika perang sedang berlangsung, antara Arya Sentong dan putri I Gusti
Ngurah Mecaling telah saling jatuh cinta. Hal ini diketahui oleh I Gusti Ngurah
Mecaling dan berdasarkan penjelasan Dang Hyang Nirarta disebutkan bahwa
putrinya dan Arya Sentong memang berjondoh. Mengetahui hal itu, I Gusti Ngurah
Mecaling kemudian menyerahkan putrinya dan semua kesaktiannya kepada Arya
Sentong. I Gusti Ngurah Mecaling kemudian moksa.
Sebagai cihna(ciri) beliau moksa, maka di tempat itu didirikanlah
Pura Dalem Penataran Ped. Inilah pembuktian jiwa besar seorang I Gusti Ngurah
Mecaling, bijaksana menilai bahwa cinta lebih mulia dibandingkan dengan perang
,yang kini masih bisa kita saksikan dalam ritus Pura Dalem Penataran Ped.
Tetamian yang Dijaga Secara Unik
Dalam
perjalanan waktu, pura ini telah beberapa kali mengalami pemugaran. Kondisi
pemugaran terakhir masih tersisa pada batu paras putih. Namun, sebuah pelinggih yang berada di Pura Segara
tidak pernah tersentuh oleh pemugaran itu. Pelinggih ini masih tetap dibiarkan
seperti apa adanya, walaupun pada bangunan-bangunan yang lainnya telah dipugar
dengan material paras putih.
Cara
pemugaran seperti ini, menurut C.J. Grader, seorang peneliti barat yang pernah
berkunjung ke Nusa Penida pada tahun 1937, menyebutkan bahwa cara pemugaran
seperti ini adalah cara pemugaran yang unik kan khas. Peneliti barat ini
kemudian menyebutkan bahwa cara pemugaran seperti ini berbeda dengan cara
pemugaran pura-pura yang ada di Bali. Hal itu karena orang-orang Nusa Penida
bila memugar pura, bangunan lama yang dianggap sangat keramat tidak tersentuh
oleh pemugaran. Apabila mereka ingin bangunan baru, orang-orang Nusa Penida
akan mendirikannya di samping banguan lama atau tetamian (peninggalan) yang ada, yang disesuaikan dengan keadaan
atau selera masa kini. Inilah cara unik orang-orang Nusa Penida menjaga tetamian yang diwariskan oleh
leluluhurnya.
Lay Out yang Khas
Pura
Dalem Penataran Ped terdiri dari empat arial yang dibuat terpisah. Pura Ratu
Gede terletak pada posisi paling barat. Pura Taman terletak di areal paling
utara. Sementara itu, pada arial timur terdapat Pura Taman. Untuk arial di
tengah terdapat Pura Ratu Emas.
Claire
Holt yang berkunjung ke Nusa Penida pada tahun 1936, menyebutkan bahwa Pura
Dalem Penataran Ped adalah sebuah kompleks pura dengan lay out yang sangat menarik. Hal ini juga karena terdapat sebuah
taman di samping pura (pada Pura Taman). Tata ruang yang demikian, menurut
Claire Holt, tidak umum pada tata ruang pura-pura yang ada di Bali, dan hanya
ada di Nusa Penida. Lay out atau tata
ruang ini menjadi lay out atau tata
ruang yang mencirikan identitas khas Nusa Penida.
I Made Sudarma,S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Nusa Penida
No comments:
Post a Comment