"Perilaku
yang ditunjukkan oleh guru selama interaksi belajar mengajar berlangsung merupakan
cermin karakter yang dimiliki oleh seorang guru. Karakter seorang guru dapat didefinisikan
sebagai watak, jiwa, atau kepribadian seorang guru yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak dalam proses mengajar yang dilakukannya."
Oleh I Made Sudarma
Perilaku
yang ditunjukkan oleh guru selama interaksi belajar mengajar berlangsung merupakan
cermin karakter yang dimiliki oleh seorang guru. Karakter seorang guru dapat didefinisikan
sebagai watak, jiwa, atau kepribadian seorang guru yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak dalam proses mengajar yang dilakukannya.
Guru
dalam profesinya dituntut mampu melaksanakan tugas merencanakan, melakukan, dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik. Kemampuan inilah yang kemudian menjadi
idikator guru professional. Untuk itu, guru harus mempunyai jiwa kreatif,
sehingga tugas yang menjadi indikator guru professional itu dapat dilaksanakan dengan
baik. Dengan kreativitas itu, guru akan mampu melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya. Oleh karena itu, guru yang kreatif akan menjadikan guru yang
professional. Jiwa/karakter kreatif ini merupakan salah satu nilai karakter bangsa.
Bagaimanakah metamorphosis guru yang berkarakter bangsa, berkarakter kreatif itu,
dapat membentuk guru yang professional? Tulisan ini akan mencoba membahas titik
temu kedua hal ini.
Guru Berkarakter
Bangsa dan Guru Profesional
Pendidikan
karakter bangsa adalah suatu sistim penanaman nilai-nilai perilaku (karakter)
yang mencerminkan kepribadian bangsa meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemampuan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah pelaksanaan atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga di
sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami, bahwa guru, sebagai stakeholders sekolah, harus memiliki karakter
bangsa di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Nilai-nilai karakter bangsa
ini akan didistribusikan, dijadikan referensi, dan dijadikan ethos kerja dalam melaksanakan
tugas pokok seorang guru, yaitu merencanakan, melakukan, dan melaksakan evaluasi
pembelajaran. Guru yang melaksanakan tugasnya dengan berpedoman pada nilaikarakter
bangsa inilah yang disebut guru berkarakter bangsa.
Seorang
guru harus mempunyai kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran. Kemampuan inilah yang kemudian menjadi indikator guru
professional. Tugas pokok itulah harus dilaksanakan oleh guru secara kreatif dan
berdasarkan atas jiwa/karakter yang kreatif pula. Guru yang mampu melaksanakan tugas
merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik disebut
sebagai guru yang profesional.
Kreativitas sebagai
Nilai Karakter Bangsa
Salah
satu karakter/jiwa bangsa kita adalah karakter/jiwa kreatif. Karakter/jiwa kreatif
dapat diartikan sebagai perilaku untuk berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Kreativitas diartikan sebagai
kemampuan melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,
yang realif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas dapat berupa
pengembangan/penambahan dari yang sudah ada atau dapat berupa daur ulang (reinterpretasi) dari yang sudah ada.
Menciptakan kreativitas dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat alternative
lain diluar yang sudah lazim.
Kreativitas
dapat dimunculkan dengan berani tampil beda. Ini berkaitan dengan mental,
karena tidak semua yang baru/kreatif bisa diterima dengan baik pada awalnya.
Cara lain untuk memunculkan jiwa/karakter kreatif adalah mencoba cara berbeda,
melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, menambahkan atau mengembangkan
fungsi sesuatu yang sudah ada, suka berkhayal/berfantasi/bermimpi, dan membuka wawasan.
Jiwa/karakter kreatif inilah yang menjadi salah satu nilai karakter bangsa.
Kreativitas Menuju
Profesionalisme
Seorang
guru harus mempunyai kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran. Untuk mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas itu, seorang
guru dituntut mempunyai jiwa kreatif. Dalam kemampuan merencanakan pembelajaran,
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), misalnya. Pada tahap ini, guru
harus kreatif merencanakan proses belajar mengajar yang akan dilakukannya. Kreativitas
yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan cara membuka wawasan sang guru
terlebih dahulu. Membuka wawasan dapat dilakukan dengan membaca buku referensi.
Ini bermanfaat untuk menambah penguasaan materi ajar yang akan diberikan kepada
siswa, sehingga guru benar-benar siap dengan materi ketika berada di dalam kelas.
Dengan membaca buku, guru juga akan mendapat catalog metode pembelajaran yang
lebih banyak dan tepat untuk digunakan di kelas. Selain dengan membaca buku,
wawasan juga bisa dibuka dengan konsultasi kepada teman sejawat, bertukar pengalaman
mengenai cara mengajar atau materi ajar. Di samping dengan membuka wawasan, kreativitas
guru dalam merencanakan pembelajaran dapat juga dilakukan dengan berani tampil beda.
Pembelajaran yang biasanya berlangsung di kelas, kini direncanakan di luar kelas.
Pada materi berwawancara (mata pelajaran Bahasa Indonesia), misalnya. Siswa dapat
diajak ke pasar atau terminal untuk mewawancarai pedagang atau sopir.
Pada
tahap pelaksanaan pembelajaran, kreativitas guru dapat dimunculkan dengan cara mencoba
cara yang berbeda. Kreativitas in idimunculkan setelah pembelajaran dengan satu
metode telah dilaksanakan. Guru harus mencoba dengan metode yang lain pada pertemuan
berikutnya. Ini bermanfaat untuk menghindari rasa bosan pada siswa dan diharapkan
dapat menimbulkan suspen pada diri siswa.
Dengan demikian, pembelajaran tidak monoton dan akan selalu fres. Selain dengan mencoba cara lain, kreativitas
pada tahap ini dapat dilakukan dengan menambah atau mengembangkan rencana pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Ini bertujuan untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran
yang telah dilaksanakan untuk kesempurnaan pada pembelajaran berikutnya. Untuk bisa
melakukan kedua kreativitas tersebut. Guru harus selalu membangkitkan kreativitas
dengan berkhayal/berfantasi/bermimpi untuk bisa mengajar dengan baik, sempurna,
dan menyenagkan bagi siswa.
Kreativitas
guru pada tahap pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat dimunculkan dengan cara
melihat dari sudut pandang yang lain atas keberhasilan atau kegagalan sebuah
proses pembelajaran. Jika indikator pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran
tidak berhasil, guru tidak dapat menyalahkan siswa saja. Akan tetapi, guru
harus mencari faktor lain yang menyebabkan kegagalan itu. Begitu juga ketika pembelajaran
dikatakan berhasil, tidak serta merta karena guru pintar mengajar. Guru juga harus
melihat penyebab lain keberhasilan itu. Setelah dianalisis, guru dapat memunculkan
lagi kreativitas dari awal, yaitu dari kreativitas membuka wawasan,berani tampil
beda, mencoba cara baru, sampai menambahkan/mengembangkan, untuk memperbaiki kegagalan
pembelajaran atau meningkatkan keberhasilan pembelajaran pada proses
pembelajaran berikutnya. Hal ini karena guru yang kreatif akan selalu berkhayal/bermimpi/berfantasi
untuk menjadi guru yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Ketika guru dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, berdasarkan jiwa/karakter kreatif, yaitu tugas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, maka pada saat itulah guru tersebut telah
sampai kepada guru yang professional.
Dari paparan tersebut,
dapat dilihat titik temu antara guru yang berkarakter bangsa, yaitu guru yang
kreatif, dan guru yang professional, sesungguhnya seperti sebuah jalan dan tujuan.
Keduanya merupkan pasangan primer yang tidak dapat dipisahkan, tetapi akan selalu
berdampingan. Ketika guru harus professional, maka guru itu harus kreatif.
Begitu sebaliknya, ketika guru telah melewati jalan kreativitas, maka guru itu telah
sampai pada titik professional. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru yang kreatif,
guru yang berkarakter bangsa, adalah cermin yang professional. Oleh karena itu,
guru harus mampu membuka kran kreativitas
dalam melaksanakan tugasnya untuk sampai pada muara profesionalisme.
I Made Sudarma
Guru Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Nusa Penida
No comments:
Post a Comment